Pengetahuan mengenai agama pada Zaman Perunggu amat sangat sedikit. Terlepas dari beberapa rujukan, tulisan, dan lembaran tanah liat Linear B, informasi yang ada membuat kita hanya bisa berspekulasi. Sehingga sebagian besar informasi kita letahui dari bukti-bukti arkeologis, seperti misalnya patung, arca, miniatur, dan lukisan dinding. Bahkan dengan semua prasasti ini, kita masih belum bisa sepenuhnya mengungkap mengenai para dewa yang disembah pada masa itu.
Di kota Knossos, Faistos, dan Malllia, terdapat istana-istana yang tak disertai kuil umum. Tempat ibadahnya sangat kecil, sehingga memunculkan dugaan bahwa ritual keagamaan dilakukan di luar ruangan. Dalam tempat suci tersebut terdapat altar keci tempat tersimpannya patung-patung dewa. Hal ini berlawanan dengan Periode Klasik, ketika banyak bermunculan kuil besar.
Yang jelas adalah bahwa pada Peradaban Minoa (2000-1400 SM) di Kreta dan pulau-pulau di sekitarnya (Kyklad), masyarakatnya lebih menyembah dewi. Ada banyak sekali arca dan patung kecil dewi-dewi. Patung-patung itu dibuat dari kayu, batu, atau tanah liat. Ada dewi bumi, dewi ular, dan dewi binatang. Beberapa ahli percaya bahwa sebenarnya yang disembah oleh orang-orang Minoa hanyalah satu Dewi yang maha berkuasa. Teorinya adalah bahwa Dewi Agung tersebut memiliki banyak nama dan atribut. Dewi ular dan dewi bumi merupakan aspek yang berbeda dari dewi yang sama. Apakah teori ini benar atau tidak, itu sulit diketahui karena pada masa itu tidak ada tulisan yang menceritakan masalah keagamaan.
Sementara Peradaban Mykenai (1600-1050 SM) lebih menyembah dewa daripada dewi. Nama Poseidon ditemukan pada lemabran Lienar B yang ditemukan di pusat Mykenai. Nama Ares, Artemis, Athena, Hermes, Poseidon, Zeus, dan Dionysos, ditemukan dalam berbagai lembaran tanah liat yang berceceran. Meskipun begitu, tidak diketahui apakah nama-nama tersebut berkaitan dengan dewa-dewa dalam mitologi Yunani yang kita ketahui.
Bangsa Yunani Hellen tiba setelah Invasi Doria, dan mereka menganut agama patriarki (lelaki sebagai pemimpin), sehingga mereka menyembah Zeus sebagai dewa utama. Dalam kepercayaan mereka, Zeus adalah pemimpin semua dewa dan manusia, sekaligus sebagai dewa terpenting. Akibatnya, pada periode ini, para dewi bumi dan kesuburan dari Zaman Perunggu mulai berkurang pemujaannya dan tergantikan oleh Zeus.
Tak seperti agama Yahudi, Nasrani, atau Islam, agama Yunani tak memiliki kitab suci. Agama Yunani sebagian besar ditemukan dalam mitologi Yunani, bukan dalam suatu kitab seperti halnya Al-Qur'an. Salah satu risalah yeng menceritakan mitologi Yunani adalah Himne Homeros, yang disusun pada abad ketujuh-keenam SM, dan beberapa syair Orfeus yang tercecer dari abad keenam SM. Dan karya-karya tersebut menjelaskan tentang kisah-kisah para dewa, alih-alih cara beribadah atau ritual keagamaan.
Ada banyak tardisi dan festival di Yunani, namun itu berbeda-beda di tiap kota. Festival di Attika dan Boiotia terdokumenatsikan secara lebih baik daripada kota-kota lainnya. Banyak kegiatan yang terjadi dalam festival, antara lain ritual pengorbanan, puasa, pawai, dan kontes musik dan atletik.
Dalam suatu festival, biasanya ritual pengorbanan dipimpin oleh penguasa atau bangsawan, bukan oleh pendeta. Sementara pendeta bertugas mengurus kuil atau tempat suci. Namun semua bisa memberikan persembahan pada dewa.
Kuil-kuil Yunani merupakan prasasti penting mengenai agama Yunani kuno. Sumber paling berharga mengenai kuil dan temmpat suci ditulis oleh Pausanias, seorang geografer Yunani. Pausanias juga kadang menggabungkan informasi mengenai situs-situs keagamaan dengan mitos lokal.
Pada masa Zaman Besi, beberapa kelompok pemujaan baru, mulai bermunculan. Kelompok-kelompok ini didirikan oleh orang-orang yang tidak puas dengan agama konvensional. Kelompok-kelompok ini mengembangkan kepercayaan, pengajaran, dan ritual mereka sendiri. Hanya anggota kelompok tersebut yang mengetahui ritual kelompok masing-masing, yang dirahasiakan secara ketat dan tidak diberitahukan kepada sembarang orang. kelompok pemujaan ini disebut Agama Misteri. Salah satu kelompok yang terkenal adalah Misteri Eleusis.
Bangsa Romawi adalah penduduk kota Roma. Kota Roma dimulai dari perkampungan kecil di bukit-bukit Palatine dan Aventine. Diceritakan bahwa Romulus adalah raja pertama Roma, dan pendirian Roma secara tradisional terjadi pada 753 SM. Menurut legenda, Romulus merupakan keturunan pahlawan Troya, Aineias, yang bermigrasi ke Latium (Italia) setelah kejatuhan Troya.
Kerajaan Romawi dipimpin oleh tujuh raja. Raja ketujuhnya dikudeta dan rakyat Romawi menggantikannya dengan sistem pemerintahan republik pada 510 SM, sehingga Kerajaan Romawi berubah menjadi Republik Romawi. Pada masa kerajaan, tiga raja terakhir Romawi berasal dari bangsa Etruria (Toscana modern). Pada waku itu, bangsa Etruria adalah orang-orang yang paling kuat dan berpengaruh. Bangsa Etruria juga mengajari bangsa Romawi mengembangkan tulisan, ilmu pasti, arsitektur, seni, dan agama.
Romawi memenangkan serangkaian perang melawan musuh maupun sekutunya sendiri di daerah Latium. Pada abad ketiga SM, Romawi sukses menaklukan sebagian besar semenanjung Italia. Taras (kelak Tartentum) meminta Pirrhos dari Epiros untuk membebaskan kota-kota Yunani di Italia yang dikuasai oleh Romawi. Pirrhos memenangkan beberapa pertempuran (281-275 SM), namun kehilangan banyak sekali pasukan. Karenanya, Pirrhos pernah berkata, "jika sekali lagi kita menang, kita tetap akan dihancurkan oleh Romawi". Hingga kini, ungkapan "Kejayaan Pirrhos" diucapkan untuk menyatakan suatu kemenangan dengan pengorbanan yang besar.
Pada akhirnya, Romawi mengalahkan Yunani pada Pertempuran Beneventum (275 SM), dan Pirrhos harus angkat kaki dari Italia.
Pada saat kampanye militer Pirrhos di Italia dan Sisilia, Kartaghe merupakan sekutu Romawi, karena Pirrhos juga menyerang kota Kartaghe di Sisilia. Tetapi, di kemudian hari Romawi tertarik untuk menguasai Spanyol dan kepulauan Sardinia dan Korsika, yang saat itu dikendalikan oleh Kartaghe. Maka Kartaghe pun berkonfrontasi melawan Romawi dan terjadilan Perang Punik Pertama (264-241 SM). Pada akhirnya Kartaghe terpaksa harus menyetujui perjanjian dari Romawi.
Yang paling terkenal adalah Perang Punik Kedua (218-201 SM) ketika Kartaghe dipimpin oleh jenderal Hannibal Barca. Dengan membawa pasukan besar dari Kartaghe, Hannibal menginvasi Italia dan mengalahkan banyak legion Romawi. Hannibal menggunakan strategi serangan kejutan dan memenangkan pertempuran di Sungai Trebia (218 SM) dan di Danau Trasimene (217 SM). Pada Pertempuran Cannae, Hannibal kembali menunjukkan kehebatannya. Sementara Hannibal memimpin pasukan utamanya untuk menahan pasukan Romawi, sisa pasukannya mengelilingi pasukan Romawi dan memotong jalan keluar mereka. Pasukan Romawi lalu dihantam baik dari belakang maupun dari kedua sayap. Semua konsul dan dua mantan konsul Romawi terbunuh dalam pertempuran itu.
Romawi mengalami kerugian yang hebat namun mereka tidak menyerah pada Hannibal. Romawi lalu menunjuk salah satu jenderalnya, Quintus Fabius Maximus Kunktator, sebagai diktator. Strategi Fabius cukup sederhana: ikuti dan ganggu pasukan Hannibal, namun jangan lakukan pertempuran terbuka. Ini adalah jenis perang gerilya. Pada saat yang sama, Romawi mengirim pasukan yang dipimpin oleh Scipio bersaudara untuk menyerang basis Kartaghe di Spanyol, namun mereka terbunuh pada 211 SM. Scipio lain (anak dari salah satu Scipio yang terbunuh, kelak dikenal sebagai Scipio Afrikanus) memimpin serangan susulan dan berhasil menguasai Karthage Nova (Karthage baru) di Spanyol. Dia juga berhasil mengalahkan dan mengusir Hasdrubal Barca (adik Hannibal) dari Spanyol. Hasdrubal berusaha bergabung dengan kakaknya di Italia, namun usahanya digagalkan. Hasdrubal dikalahkan pada Pertempuran Metaurus (207 SM). Dengan perginya Kartaghe dari Spanyol, Scipio mengalihkan perhatiannya ke pusat pemerintahan Kartagahe, yaitu di Afrika. Hannibal tak punya pilihan selain meninggalkan Italia dan kembali ke Kartaghe.
Sebuah pertempuran besar terjadi di Zama pada 202 SM. Hannibal dan Scipio belum pernah bertempur sebelumnya, namun Scipio telah mempelajari taktik dan strategi Hannibal. Kali ini, pasukan kavaleri Romawi jumlahnya lebih banyak, dan Scipio menggunakan metode pengepungan milik Hannibal. Scipio mengirimkan pasukan kavalerinya untuk menyerang pasukan Hannibal dari belakang. Pada akhirnya, Kartaghe lagi-lagi harus menyetujui perjanjian damai hasil bikinan Romawi.
Tetapi, perdamaian dengan Kartaghe tidak menghentikan Romawi untuk mencari daerah jajahan baru di luar Italia. Pada saat kampanye militer Kartaghe di Italia, Filipos V (Philip V) dari Makedonia ikut membantu Kartaghe. Akibatnya Romawi pun menyerang Makedonia. Filipos V dikalahkan pada pertempuran di Kinosefalai (197 SM). Sekutu Filipos, Antioklos dari Suriah dan Asia Minor, juga ikut diserang dan dikalahkan. Di kemudian hari, Romawi kembali berperang melawan Makedonia, kali ini Makedonia dipimpin oleh putra Filipos V, yaitu Perseus. Makedonia dikalahkan pada pertempuran di Pidna (168 SM) dan Makedonia pun menjadi daerah jajahan Romawi.
Sementara itu Kartaghe di Afrika dan Korintus di Yunani bangkit melawan Romawi. Namun Romawi mampu mengalahkan mereka. Pada 146 SM, Romawi membakar habis kota Kartaghe dan Korintus. Romawi juga menjual semua penduduk Korinthos sebagai budak dan mengambil semua benda seni mereka. Dengan demikian, Afrika dan Yunani pun menjadi daerah kekuasaan Romawi.
Pada abad pertama SM, terjadi pemberontakan sipil di kota Roma. Para jenderal Romawi (yang sekalgus merupakan gubernur) saling memperebutkan kekuasaan. Pada 49 SM, terjadi lagi perang sipil antara Julius Caesar dan Pompey Magus. Caesar berhasil mengalahkan Pompey dan kembali ke Roma untuk membuat beberapa perubahan pada sistem politik Romawi. Namun dia dibunuh pada 44 SM. Persekutuan sementara didirikan oleh Oktavianus (keponakan Caesar), dan Markus Antonius (Mark Antony), salah satu anak buah Caesar. Mereka berbagi kekuasaan, Oktavianus memerintah wilayah barat, sedangkan Antonius mengurusi wilayah timur, seperti Yunani dan Suriah. Suatu hari, Antonius jatuh cinta pada Cleopatra, ratu Mesir dan mantan kekasih Caesar. Antonius lalu menceraikan saudari Oktavanianus dan menikahi Cleopatra, akibatnya terjadi perang antara keduanya. Oktavianus berhasil mengalahkan Antonius pada pertempuran laut di Aktium pada 31 SM. Antonius dan Cleopatra lalu bunuh diri.
Sebagai satu-satunya pemegang kekuasaan, Oktavianus pun menjadi kaisar pertama Romawi pada 30 SM. Pada 27 SM, Oktavianus kembali ke Roma dan mulai melakukan reformasi pemerintahan. Namanya diganti menjadi Augustus Caesar. Romawi akhirnya kembali pulih setelah perang sipil yang panjang. Karya-karya Virgilus dan Ovidius bermunculan pada periode ini.
Selama perang sipil, Romawi memberikan kewarganegaraan Romawi pada para sekutunya, setelah Perang Sosial (91-89 SM). Pada masa Julius Caesar, kewarganegaraan boleh diberikan pada orang non-Italia, misalnya orang Galia, dan pada orang yang ingin tinggal di Kekaisaran Romawi. Salah satu warga Romawi yang terkenal adalah Saulus yang Yahudi, yang kelak dikenal sebagai Rasul Paulus.
Banyak di antara kaisar Romawi yang tak dilahirkan di kota Roma. Mungkin satu-satunya syarat untuk menjadi kaisar Romawi adalah harus warga Romawi. Kadanag, Senat memilih orang sebagai kaisar, namun di lain waktu, kandidat kaisar dicalonkan oleh pasukan Romawi di berbagai provinsi.
Augustus meninggalkan dinasti di Romawi setelah dia meninggal pada 41 M. Dia diteruskan oleh pemerintahan Tiberius (14-37 M), Caligula (37-41 M), Klaudius (41-54 M) dan Nero (54-68 M). Dinasti itu berakhir setelah kaisar Nero wafat pada 68 M. Dia bunuh diri setelah rakyatnya memberontak padanya. Setelah Nero, Romawi dipimpin oleh tiga kaisar dan masa pemerintahan mereka berlangsung pendek.
Pada 69 M, gubernur Romawi, Vespasianus (69-79 M), menjadi kaisar dan mendirikan dinasti yang baru. Di digantikan oleh putranya Titus (79-81 M) dan Domitianus (81-96 M).
Kekaisaran Romawi mencapai level dan stabilitas yang baru ketika dipimpin oleh kaisar Trajanus (98-117 M), Hadrianus (117-138 M) dan Antoninus Pius (138-161 M). Markus Aurelius (161-180 M) harus menjalani serangkaian pertempuran melawan kaum barbar di perbatasan Romawi. Dia digantikan oleh Kommodius, yang dibunuh pada 192 M. Pada abad ketiga M, terjadi gejolak dan pemberontakan di Romawi yang menyebabkan keterpurukan ekonomi.
Kaisar Diocletianus (284-305 M) dan koleganya Maximianus berusaha membangun kembali kekaisaran. Pengganti Diocletianus adalah Konstantius, yang merupakan ayah Constantinus Agung (312-337 M). Adalah Constantinus yang memindahkan ibukota ke Bizantium, yang namanya diganti menjadi Konstantinopel. Constantinus juga menjadikan Nasrani sebagai agama negara, walaupun dia sendiri baru dibaptis menjelang saat-saat kematiannya.
Pada abad keempat Masehi, perbatasan Romawi mendapat tekanan hebat dari kaum barbar, terutama oleh kaum Jerman. Kekaisaran Romawi lalu dibagi menjadi dua (394), dan masing-masing dipimpin oleh putra-putra kaisar Theodosius: Honorius memerintah di Romawi Barat, dan Arkadius berkuasa di Romawi Timur. Ada dua kelompok kaum Goth yang paling merusak Romawi, yaitu Visigoth dan Ostrogoth. Kaum Visigoth, dipimpin oleh Alarik, menyerang kota Roma pada 410 M. Karena hal ini, Honorius memanggil pulang legionnya yang sedang bertugas di Britania dan menyuruh mereka untuk mengabaikan daerah tersebut. Romawi Barat lalu diserang oleh Attila orang Hun, yang pasukannya berasal dari Asia Tengah. Attila dikalahkan pada Pertempuran Chalons di Perancis pada 451 M. Attila meninggal pada 453 M, namun setahun sebelumnya Atilla sempat menghancurkan daerah Aquileia di Italia Utara.
Adalah kaum Ostrogoth yang berhasil menaklukan Kekaisaran Romawi Barat. Pemimpin Ostrogoth, Odoaker, mengangkat dirinya sebagai Raja Italia. Dia juga mengasingkan kaisar terakhir Romawi, Romulus Augustus, ke Campagnia pada 76. Kaum Ostrogoth lainnya, dipimpin oleh Theodorik Agung, menginvasi Italia pada 489 M dan mendirikan kerajaan di Italia utara pada 493 M. Masa pemerintahan Theodorik berakhir pada 526 M, namun legendanya tetap abadi. Theodorik menjadi pahlawan dalam mitologi Norwegia, dan dia dikenal sebagai Dietrich dari Verona (atau Theodorik dari Bern).
Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Apollo adalah dewa muda, putra Zeus dan nimfa Leto, sekaligus saudara kembar Artemis. Banyak orang menganggap Apollo sama dengan Helios, dewa matahari. Apollo juga adalah dewa yang pandai memainkan lira.
Apollo tidak menikah dan tak memiliki banyak anak, meskipun ia terkadang jatuh cinta. Salah satu putra Apollo adalah Asklepios, dewa pengobatan.
Kuil Apollo di Delphi merupakan orakel yang terkenal. Orang-orang berdatangan ke sana dari seluruh Yunani untuk memperoleh ramalan masa depan. Ada kisah bahwa ketika Apollo pertama kali datang ke Delphi, ada seekor ular besar, disebut Pythia, yang hidup di sana. Apollo membunuh naga itu dan semenjak itu Delphi menjadi kuilnya. Kisah ini kemungkinan mencerminkan latar belakang sejarah dimana sebelum bangsa Yunani datang dengan membawa dewa baru mereka Apollo, di Delphi ada dewi bumi yang sudah lebih dahulu disembah.
Kisah lain tentang Apollo adalah mengenai Kassandra. Ada pula kisah mengenai Helios dan Phaithon.
Raja Argos Acrisia, cucu Linkei, memiliki putri Danae, terkenal karena kecantikannya yang luar biasa. Acrisius diprediksi oleh seorang peramal bahwa dia akan mati di tangan putra Danae. Untuk menghindari nasib seperti itu, Acrisius membangun ruangan yang luas jauh di bawah tanah dari perunggu dan batu dan memenjarakan putrinya Danae di sana sehingga tidak ada yang bisa melihatnya.
Tapi Thunderer besar Zeus jatuh cinta padanya, menembus ke dalam ruang bawah tanah Danae dalam bentuk hujan emas, dan menjadi putri Akrisia istri Zeus. Dari pernikahan ini Danae dikaruniai seorang anak laki-laki yang manis. Ibunya menamainya Perseus.
Perseus kecil tidak hidup lama dengan ibunya di ruang bawah tanah. Suatu ketika Acrisius mendengar suara dan tawa ceria dari Perseus kecil. Dia pergi ke putrinya untuk mencari tahu mengapa tawa anak-anak terdengar di kamarnya. Acrisius terkejut melihat seorang anak kecil yang cantik. Betapa takutnya dia ketika mengetahui bahwa ini adalah putra Danae dan Zeus. Segera dia ingat ramalan oracle. Sekali lagi dia harus memikirkan bagaimana menghindari takdir. Akhirnya, Acrisius memerintahkan untuk membuat sebuah kotak kayu besar, yang berisi Danae dan putranya Perseus di dalamnya, memalu kotak itu dan memerintahkan mereka untuk dibuang ke laut.
Untuk waktu yang lama kotak itu mengalir di sepanjang gelombang badai laut asin. Kematian mengancam Danae dan putranya. Ombak melemparkan kotak itu dari sisi ke sisi, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi di puncaknya, lalu menurunkannya ke kedalaman laut. Akhirnya, ombak yang selalu berisik membawa kotak itu ke pulau Serifu, Saat itu, seorang nelayan Diktis. Dia baru saja menebarkan jala ke laut. Kotak itu tersangkut di jaring, dan bersama mereka Diktis menariknya ke darat. Dia membuka kotak itu dan, yang mengejutkannya, , melihat di dalamnya seorang wanita cantik luar biasa dan seorang anak laki-laki kecil yang manis, Diktys membawa mereka ke saudaranya, raja Serif, Polydektus.
Perseus dibesarkan di istana Tsar Polydekt dan menjadi pemuda yang kuat dan ramping. Seperti bintang, dia bersinar di antara para pemuda Serif dengan kecantikan ilahinya, tidak ada yang menandinginya baik dalam kecantikan, atau kekuatan, atau ketangkasan, atau keberanian.
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
©2024 iStockphoto LP. Desain iStock adalah merek dagang iStockphoto LP.
Nationalgeographic.co.id—Oceanus adalah salah satu dewa utama dalam mitologi Yunani. Namun, keberadaannya sering kali terlupakan dalam interpretasi modern, yang cenderung hanya menonjolkan 12 dewa Olimpus sebagai pusat mitologi Yunani.
Digambarkan dengan ekor ikan dan tanduk seperti capit kepiting, Oceanus menguasai sungai mistis yang mengelilingi dunia. Ia menjaga jarak dari konflik manusia maupun dewa, hidup damai jauh dari hiruk-pikuk duniawi.
Sebagai dewa abadi yang tenang dan berbeda dari kebanyakan dewa Yunani, Oceanus dianggap sebagai bapak dari semua perairan, termasuk sungai, mata air, dan aliran air.
Tanpa Oceanus, kehidupan manusia tidak akan mungkin berlangsung, terutama di wilayah-wilayah dunia Yunani kuno yang sangat bergantung pada sumber daya air untuk bertahan hidup.
Seperti Apa Rupanya Oceanus?
Oceanus (juga dikenal sebagai Ogen atau Ogenus) adalah salah satu dari 12 Titan, anak-anak Gaia, dewi bumi purba, dan Uranus, dewa langit. Ia menikah dengan saudara perempuannya, Tethys, dewi air tawar, dan bersama-sama mereka menjadi orang tua dari banyak dewa air.
Meskipun Oceanus adalah sosok yang penyendiri, warisannya terutama dikenang melalui anak-anaknya. Dua putrinya, Metis dan Eurynome, memiliki peran penting dalam mitologi Yunani.
Metis, yang hamil ketika menikah dengan Zeus, ditelan oleh Zeus setelah ramalan menyebutkan bahwa anak mereka akan melampaui kekuasaan Zeus.
Metis kemudian melahirkan Athena, yang muncul dari kepala Zeus dalam bentuk yang spektakuler. Eurynome, di sisi lain, adalah ibu dari tiga Charites (Graces), dewi kecantikan, kegembiraan, dan pelayan Aphrodite.
Dalam mitos Yunani, Oceanus sering dianggap sebagai personifikasi sungai besar mitologis yang mengelilingi dunia—dan kemudian, laut itu sendiri.
Gambaran dirinya bervariasi tergantung zaman dan seni. Dalam mosaik, fresko, dan lukisan vas Yunani, Oceanus biasanya digambarkan sebagai pria tua berjanggut dengan capit kepiting atau tanduk banteng yang muncul dari pelipisnya.
Baca Juga: Mengenal Iapetus: Titan Kematian Sekaligus Kakek dari Ras Manusia
Cierra Tolentino dalam Oceanus: The Titan God of the River Oceanus yang dimuat pada laman History Cooperative, mengungkap bahwa pada masa Yunani Helenistik, Oceanus kadang digambarkan dengan bagian bawah tubuh menyerupai ikan
"Penggambaran ini memperkuat hubungannya dengan air. Namun, tidak selalu konsisten," tulis Tolentino. "Sebagai contoh, sebuah patung dari abad ke-2 Masehi di Ephesus menggambarkan Oceanus sebagai pria biasa yang sedang berbaring, tanpa tanda-tanda ekor ikan atau capit kepiting."
"Oceanus adalah sosok yang menghubungkan perairan dunia dan memainkan peran penting dalam mitologi Yunani, meskipun ia lebih sering dikenal melalui kontribusi anak-anaknya," paparnya.
Menurut Theogony karya Hesiod, sebuah puisi abad ke-8 SM tentang asal-usul para dewa Yunani, Oceanus adalah Titan tertua. Dari semua anak yang lahir dari Gaia (Bumi) dan Uranus (Langit), Oceanus dikenal sebagai sosok yang paling penyendiri secara alami.
Oceanus menikah dengan saudara perempuannya, Tethys, yang juga dikenal sebagai sosok yang tenang dan pendiam. Sebagai pasangan, mereka menjadi orang tua dari semua sungai, aliran air, mata air, dan nimfa di dunia.
Dalam Theogony, disebutkan bahwa Oceanus dan Tethys memiliki "tiga ribu putri yang berkaki indah" dan jumlah putra yang setara, jika tidak lebih banyak.
Dari anak-anak mereka, beberapa menjadi dewa sungai (Potamoi), nimfa air (Oceanid), dan nimfa awan (Nephelai). Bahkan, 60 putri Oceanus dan Tethys menjadi pengikut Artemis dan sering digambarkan sebagai paduan suara yang mendampingi sang dewi pemburu.
Nama "Oceanus" secara etimologis terkait dengan kata "samudra," sehingga mungkin orang akan berpikir bahwa ia adalah dewa lautan. Namun, itu tidak sepenuhnya benar.
Oceanus adalah dewa yang melambangkan Sungai Oceanus, sungai besar mistis yang mengelilingi dunia dalam mitologi Yunani. Sungai ini dianggap sebagai sumber utama semua air di bumi—sungai, mata air, dan air mancur semuanya berasal dari Oceanus dan pada akhirnya kembali ke sana.
Baca Juga: Dewa Yunani Kuno Aether Bertakhta di Lapisan Atmosfer Tertinggi
"Interpretasi yang menganggap Oceanus sebagai dewa lautan baru muncul belakangan. Dalam mitologi awal, Oceanus bukan penguasa lautan, tetapi dewa sungai besar yang menjadi asal usul segala perairan," jelas Tolentino.
Oceanus juga dipercaya memiliki hubungan dengan peredaran benda langit. Dalam himne Homer, Helios (dewa matahari) dan Selene (dewi bulan) digambarkan muncul dan terbenam di perairan Oceanus setiap hari untuk beristirahat.
Meskipun ia sering diasosiasikan dengan laut, peran Oceanus yang asli adalah sebagai personifikasi sungai besar yang mistis, bukan penguasa lautan seperti Poseidon.
Apa itu Sungai Oceanus, dan di Mana Letaknya?
Sungai Oceanus adalah sumber utama semua air tawar dan air asin di dunia menurut mitologi Yunani. Setiap sungai, mata air, dan sumur—baik di daratan maupun di tempat lain—dikatakan berasal dari Sungai Oceanus. Dalam mitos, Oceanus juga dikenal sebagai bapak dari para dewa sungai dan peri air yang tak terhitung jumlahnya.
Kosmografi Yunani kuno menggambarkan Bumi sebagai cakram datar dengan Sungai Oceanus mengelilingi seluruh tepinya. Laut Aegea terletak di pusat cakram ini, sementara untuk mencapai Oceanus, seseorang harus melakukan perjalanan ke ujung dunia.
Theogony menempatkan Oceanus di dekat jurang Tartarus, sedangkan Odyssey oleh Homer menggambarkannya sebagai sungai yang mengalir dekat Elysium, tempat peristirahatan jiwa yang diberkati.
Mitologi ini mencerminkan cara orang Yunani kuno memandang dunia mereka dan posisinya di dalam kosmos. Oceanus sering digambarkan sebagai batas terakhir yang memisahkan dunia manusia dari tempat-tempat misterius seperti taman Hesperides di Utara atau tanah gelap Cimmerii di Barat, yang dipercaya sebagai pintu masuk ke Dunia Bawah.
Selain itu, Oceanus muncul dalam kisah perjalanan besar seperti yang dilakukan Perseus saat menghadapi para Gorgon dan Odysseus dalam perjalanannya kembali ke Ithaca.
Beberapa ahli percaya bahwa Sungai Oceanus adalah cara orang Yunani kuno menggambarkan Samudra Atlantik, yang pada waktu itu terlihat seperti lautan luas tanpa batas yang mengelilingi dunia yang mereka kenal.
Apa Mitos Tentang Oceanus?
Baca Juga: Hemera: Dewi Yunani Kuno yang Berevolusi Bersama Fajar Menyinsing
Oceanus adalah dewa yang tenang dan cenderung menjauh dari konflik. Ia jarang terlibat langsung dalam peristiwa mitologi Yunani, tetapi ada beberapa cerita yang mencerminkan sifatnya sebagai sosok penyendiri.
Dalam mitos penggulingan Uranus, ketika Uranus memenjarakan Cyclops dan Hecatonchires di Tartarus, Gaia meminta anak-anaknya untuk membantunya melawan perbuatan ini.
Namun, hanya Cronus, Titan termuda, yang berani bertindak dan mengebiri ayah mereka. Oceanus, di sisi lain, memilih untuk tidak terlibat.
Dalam beberapa sumber, seperti komentar Proclus Lycius tentang Timaeus karya Plato, Oceanus digambarkan sebagai sosok yang penuh keraguan.
Ia dikatakan ragu-ragu untuk berpihak pada Cronus melawan ayah mereka yang tiran atau tetap setia kepada Uranus. Akhirnya, Oceanus tidak mendukung salah satu pihak, menggambarkan dirinya sebagai dewa yang bimbang dan tidak selalu acuh tak acuh.
Sikap Oceanus yang tenang, tetapi terkadang penuh emosi, mencerminkan sifat lautan itu sendiri: tak terduga dan luas.
Meski tampak menyendiri, Oceanus tetap menjadi sosok penting dalam mitos sebagai sumber kehidupan dan bagian tak terpisahkan dari kosmos Yunani kuno.
Antara Gajah, Hutan, dan Kehidupan yang Perlu Diselamatkan
JAKARTA - Judi sudah ada sejak lama di muka bumi ini. Sejak ribuan tahun lalu, bahkan sebelum masehi, orang-orang sudah mengetahui nikmatnya berjudi. Dari Yunani, China, hingga Mesir kuno, tak ada yang luput dari praktik tersebut.
Perjudian di Mesir, misalnya, diyakini telah ada sejak 3.500 tahun sebelum masehi. Jejak ini ditemukan berdasarkan penggalian arkeologi, ditemukan gambar orang-orang yang sedang melempar astragali (tulang kecil dari tumit domba atau anjing), serta papan pencatat yang menghitung nilai pemain.
Tak hanya Mesir, permainan sejenis yang menggunakan astragali itu juga ditemukan di kebudayaan Romawi hingga Yunani. Bahkan di Yunani yang menjadi negerinya para filsuf itu, perjudian tidak saja menjadi kegiatan bangsa manusia, tapi juga para dewa.
Tentunya sekelas dewa kalau berjudi taruhannya bukan lagi koin, hewan atau yang lainnya, tapi alam semesta. Dalam mitologi Yunani kuno, diceritakan bahwa Zeus yang berhasil mengalahkan Kronos, dengan bantuan saudaranya Poseidon dan Hades.
Mereka kemudian membagi penguasaan atas alam semesta dengan cara melempar dadu. Hasilnya, Zeus mendapatkan kekuasaan atas langit, Poseidon lautan, dan Hades sebagai penguasa dunia bawah.
Perjudian di era Yunani kuno banyak ditemukan pada artefak yang mengungkap adegan pertaruhan. Seperti pertaruhan dengan menggunakan hewan anjing, ayam dan burung. Banyak pula penggambaran orang-orang bermain dengan menggunakan dadu dan kubus yang terbuat dari tanah liat.
Berlanjut ke era Romawi kuno, di mana di sini juga populer permainan dadu. Dikutip dari laman Batavia Digital, di masa itu, para Raja seperti Nero dan Claudine menganggap permainan dadu sebagai bagian penting dalam acara kerajaan.
Bergeser ke wilayah dunia lainnya, yaitu Asia. Tiongkok adalah peradaban besar yang telah melahirkan banyak ilmu pengetahuan serta tradisi. Di sini, juga ada terselip kebiasaan berjudi.
Di Tiongkok ada sebuah permainan kuno yang dimainkan dengan kartu berangka 1-80 dalam kotak. Peserta permainan biasanya melingkari satu set angka dan kemudian lotere akan berlangsung untuk mengidentifikasi angka keberuntungan. Permainan ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu dan dikenal dengan nama ‘tiket merpati putih’.
Kemudian pada masa yang lebih baru, orang-orang Tiongkok mulai memainkan kartu yang dihias bentuk manusia. Berlanjut di abad-abad pertama masehi ketika masa Dinasti Han, orang-orang mulai melakukan perjudian sepak bola hingga perjudian yang melibatkan hewan. Salah satu yang populer adalah sabung ayam.
Praktik-praktik perjudian itu tercatat dalam berbagai literatur klasik Tiongkok, peninggalan artefak ataupun sketsa-sketsan yang berasal dari masa tersebut.
Nah, Nusantara juga tak luput dari perjudian. Pernah membaca cerita Mahabarata? Di sini, kisahnya bahwa Pandawa kehilangan kerajaan dan dibuang ke hutan selama 13 tahun karena kalah dalam permainan judi melawan Kurawa. Itu adalah perjudian dalam versi cerita sastra.
Tapi di keseharian masyarakat nusantara, perjudian juga sama nyatanya. Dzulfiqar Isham dalam penelitiannya Perjudian pada masa Jawa Kuno sumber prasasti abad ke 8 hingga ke 13, skripsi jurusan arkeologi UI Tahun 2015 membeberkan tentang perjudian yang direkam oleh banyak prasasti, naskah dan juga relief.
Penelitian ini menyebut bahwa perjudian pada masyarakat Jawa kuno ada beragam bentuknya, mulai dari sabung ayam, adu kambing, hingga adu babi. Praktik perjudian di masa ini termasuk dalam kejahatan, bahkan diatur dalam kitab Purwadhigama yang disusun pada abad ke-9 masa kerajaan Majapahit. Kitab ini membagi kejahatan ke dalam 18 jenis, dan taruhan atau perjudian termasuk salah satunya.
Di masa VOC pun, perjudian juga tumbuh subur di masyarakat nusantara. Ada banyak rumah-rumah judi yang dilindungi, yang membayar pajak yang tinggi kepada perintah. Rumah-rumah judi di kota-kota dagang masa VOC, banyak yang dikelola oleh para Kapitan Tionghoa.
Di Batavia, misalnya, judi kartu dan dadu atau disebut juga po, cukup populer di kalangan penggemar judi di Batavia. Selain itu, juga sudah dikenal judi capjiki, dan di masa kemudian barulah masuk permainan lotere ala Eropa.